Sebuah hotel premium nan mewah baru segera hadir di Jakarta. Paling tidak di 2016, Hotel St Regis bakal mempercantik Jakarta. Hotel premium yang bakal menjadi pesaing Ritz Carlton Jakarta ini dikembangkan oleh Asco Capital, milik pengusaha Stanley Setia Atmadja.
Pengusaha ini identik dengan nama badan usaha Adira dan mobil-mobil super nan klasik. Saat bekerja di majalah Globe Asia, saya berhasil mewawancarai Stanley saat masih menjabat sebagai Presdir dan CEO Adira Dinamika Multifinance Tbk (ADMF), setelah perjuangan panjang meyakinkannya.
Berikut ini adalah profil pengusaha Stanley Setia Atmadja yang pernah dimuat majalah Globe Asia edisi September 2009.
Semog menjadi bacaan yang bermanfaat,
salam
M Syakur Usman
Stanley S. Atmadja
Car Enthusiast Entrepreneur
Pada 41 tahun lalu, Stanley S. Atmadja mengalami pengalaman hidup yang tak terlupakan. Saat berumur 12 tahun, sang ayah mengajari Stanley menyetir mobil, yang mulai menyukai dunia otomotif seperti sang ayah. “Ayah suka travelling dengan mobil. Saat pergi ke Serang dan kondisi jalan sepi, saya yang menyetir mobil bapak,” kata Stanley, Presiden Direktur PT Adira Dinamika Multifinance Tbk, mengenang masa indahnya.
Pengalaman menyetir mobil itu, membuat Stanley muda bercita-cita mempunyai 3 mobil jenis sedan, jip, dan classic car. Ketika bekerja di Citibank, bapak dua anak ini berhasil membeli Peugeot 505, Jeep CJ7, dan BMW 2002. “Hobi ini memberi motivasi sendiri bagi saya untuk bekerja lebih keras,” kata Stanley yang baru saja mendapat Car Enthusiast Award dari satu majalah otomotif terkemuka ibukota.
Kini Stanley memiliki sekitar 50 mobil, baik mobil klasik maupun mobil baru. Mobil klasik Lotus Elan, Porsche 944, dan Toyota Celica 1970 adalah koleksi Stanley yang mempunyai nilai sejarah tinggi. Sedangkan untuk mobil baru, Stanley mengoleksi antara lain Ferrari Superamerica.
Soal hobi koleksi mobil, Stanley berujar, “Karena mobil yang baru keluar terus, sedangkan mobil-mobil yang lama belum semua dimiliki. Hobi ini juga membuat saya tidak pernah stress.”
Bagi alumnus University of La Verne, Amerika Serikat, dunia otomotif adalah passion hidupnya. Selain mengoleksi mobil, ayah 2 anak ini juga mengoleksi miniatur mobil, buku-buku tentang otomotif, dan beragam aksesoris yang berkaitan dengan mobil. Ruang kantornya penuh dengan beragam koleksi otomotif tersebut. “Saya juga suka menonton balap mobil seperti F1, mencari mobil klasik dan merestorasinya. Buat saya mobil seperti big toys,” kata Stanley yang juga Ketua Umum Indonesia Classic Car Owners Club (ICCOC).
Saking cintanya pada dunia otomotif, Stanley pun membangun bisnis yang tak jauh-jauh dari otomotif. Pada 1991, Stanley mendirikan PT Adira Dinamika Multifinance yang bergerak di bisnis pembiayaan produk otomotif. Sedangkan pada 2004, dia mendirikan Asco Automotive.
Adira Finance
Saat membangun PT Adira Dinamika Multifinance, Stanley memfokuskan perusahaan ini sebagai perusahaan pembiayaan produk otomotif seperti mobil dan sepeda motor. Pertumbuhan Adira terus besar hingga akhirnya dilirik Bank Danamon yang kemudian membeli sahamnya hingga 75%. Dan kini, Adira telah menjelma sebagai salah satu perusahaan pembiayaan terbesar di Indonesia.
Per tahun lalu, kinerja usaha Adira Finance cukup kinclong. Perseroan mengucurkan pembiayaan Rp 14 triliun, naik 30,2% dari 2007. Pendapatan Adira juga naik 36% menjadi Rp 3,4 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 1,02 triliun. Sementara jumlah unit kendaraan pembiayaan juga meningkat 21,3% menjadi 1.143.861 unit.
“Sekarang saya ingin Adira menjadi the world class company seperti Singapore Airlines dalam hal kualitas layanan. Sedangkan untuk usaha, benchmark Adira adalah ICICI Bank di India yang dikenal sebagai consumer bank besar di dunia,” kata Stanley sambil menambahkan 90 persen pendanaan Adira berasal dari joint financing dengan induk perseroan, Bank Danamon Tbk.
Pemenang Entrepreneurial Spirit in Ernst&Young Entrepreneur of The Year 2002 mengatakan, leadership merupakan bagian terpenting bagi keberhasilan satu perusahaan. sebab seoarang pemimpin mampu memberikan direction, vision, enlightment kepada perusahaan.
Di Adira, ada lima prinsip, yakni trust, respect, empowerment, reward, and punishment. Kelima prinsip ini memudahkan Stanley membentuk the winning team sehingga Adira bisa sebesar sekarang. “Sebagai leader di Adira, saya selalu sosialisasikan di semua forum seperti training karyawan atau promosi. Saya katakan saat seseorang mencapai level manajer, yang paling penting adalah manajerial atau leadership-nya.”
Untuk value perusahaan, Adira mempunyai ADIRA TOP yang artinya Advance, Dicipline, Integrity, Reliable, Accountable, Teamwork, Obsession, and Professional. Dan value tersebut harus bisa dirasakan oleh customer. “Contoh Advance. Artinya kami selalu inovatif. Di mata customer, misalnya, selalu ada produk atau layanan baru. Dicipline, di mata customer, kami selalu melakukan survey kepada customer on time.”
Apalagi ketika perusahaan kian besar, kata dia, kita tidak bisa bicara managing people, tapi managing mainset. Ini bisa dicapai dengan sosialisasi value perusahaan dan training EQ, ESQ, IQ, dan SQ kepada para karyawan. “Sehingga saya bisa menciptakan environment kerja yang menyenangkan,” ujar peraih CEO Idaman 2008 oleh satu majalah bisnis.
Ketua Umum Indonesia Financial Service Association (IFSA) Wiwie Kurnia berkomentar, Stanley adalah sosok pemimpin yang komplet. Sebagai chief executive officer, dia mempunyai visi, kemampuan manajemen yang andal, hubungan ke karyawan tingkat bawah yang baik, dan networking yang luas. “Sosok komplet Stanley inilah yang menjadikan Adira sebagai perusahaan pembiayaan yang berkembang dengan cepat dari cabang maupun sumber daya manusia,” ujarnya.
Menurut catatan Wiwie, berdasarkan hasil profit tahun lalu, Adira berada di posisi pertama dari 139 perusahaan anggota IFSA. Sedangkan dari sisi aset, Adira berada di posisi lima besar. “Kelebihan Adira daripada perusahaan pembiayaan lain adalah dikenal masyarakat karena sudah berusia 18 tahun, mempunyai cabang hampir 300 kantor, dan mempunyai hubungan yang baik dengan dealer kendaraan bermotor.”
ASCO
Selain di Adira, Stanley juga mempunyai perusahaan yakni Atmadja Stanley Corporation, biasa disebut Asco. Perusahaan ini bermula dari dealer mobil Isuzu yang dibangun 1994. Selanjutnya berkembang menjadi dealer beberapa merek seperti Daihatsu, Nissan Diesel, dan Peugeot.
Tapi di Asco ini, Stanley tak menangani secara langsung. Dia menyerahkan manajemennya kepada para profesional. “Asco is my private company,” katanya.
Setiap membangun satu bisnis, Stanley mempunyai prinsip mengelolanya secara profesional dan dia tidak harus selalu menjadi orang nomor satu. “Di Asco, saya ingin mengembangkan entrepreneur saya. Adira Rental dan Adira Insurance yang saya bangun, kini yang berjalan baik dan sukses. Semua dikelola secara profesional dan saya hanya sebagai presiden komisaris.”
Di Asco, cakrawala bisnis Stanley tak terbatas di otomotif. Beberapa bisnis nonotomotif yang dirambahnya antara lain solar engineering, pupuk untuk palm oil, dan waste management. Dan baru-baru ini, Stanley mencoba masuk ke bisnis properti lewat Asco Capital. Proyek pertamanya adalah Kuningan Square, proyek apartemen dan office tower senilai $ 200-250 juta.
“Saya selalu melihat opportunity. Core business one thing, and opportunity is another thing,“ katanya menjelaskan alasannya masuk ke sektor baru.
Pasar Pembiayaan
Pada tahun ini, Stanley mentargetkan pembiayaan Adira sama dengan tahun lalu alias Rp 14 triliun. Pertumbuhan stagnan ini dengan pertimbangan anjloknya pasar otomotif di Indonesia yang diprediksi hingga 30%.
Menurutnya, krisis keuangan global yang terjadi pada kuartal ketiga tahun lalu membuat Adira lebih siap melakukan adjusment. Karena itu pada kuartal terakhir tahun lalu, semua rencana ekspansi perusahaan seperti pembukaan cabang baru dan penambahan karyawan dibatalkan. “Kami membuat target konservatif dan realistis, yakni zero growth,” ujarnya.
Namun demikian, kata dia, zero growth juga memerlukan effort, karena nilainya juga tinggi Rp 14 trilikun. Caranya dengan mengelola pengeluaran lebih baik dengan membuat task force expend management. Tim inilah yang meneliti pengeluaran apa aja yang bisa ditekan dan bagaimana menjaga portofolio bisnis perusahaan.
“Adira fokus ke pasar yang tidak turun seperti karyawan perusahaan-perusahaan besar. Sebab segmen ini mempunyai daya tahan lebih baik dari pekerja perkebunan dan mempunyai daya cicil tinggi,” kata Stanley yang memimpin 13.500 karyawan.
Selain itu, Adira juga membuat program yang bersifat community pada Februari lalu. Program tersebut adalah Adira Club Member.
Menurut Stanley, program ini merupakan program penghargaan perusahaan supaya customer lebih dekat dengan Adira. Contohnya, dengan memiliki kartu anggota Adira ini, customer dapat fasilitas diskon dengan Komunitas Jalan Sutra, diskon spare parts, dan point dari produsen oli Castrol.
“Jika customer bagus dalam membayar cicilannya, dalam waktu 6-8 bulan, misalnya, yang bersangkutan mendapat kredit tanpa agunan (KTA) dari Bank Danamon atau kartu kredit.”
Stanley ingin program ini menjadi program jangka panjang Adira, meski membutuhkan investasi yang tinggi. Dibutuhkan dana $3-4 juta, terutama untuk investasi mesin EDC yang disebar di kantor cabang Adira, kantor pos, dan dealer mobil. “Saya mencari sinergi dengan pihak lain. Dengan program ini, kami dengan mudah bisa melakukan gathering. Kami juga ingin menjadi finance company yang mempunyai transactional paling mudah. Inilah value Adira yang tidak dimiliki oleh perusahaan pembiayaan lain. Dan kelak Adira Finance akan menjadi tempat pembayaran terbesar di Indonesia.”